Broadening Ownership for Win-Win Solutions

Ciburial – //DJALAPAKSI NEWS// | Inti dari Imajinasi Koperasi ini adalah Internalisasi dan kapitalisasi aset fisik petani bisa membangun situasi yang saling menguntungkan bagi petani, koperasi dan masyarakat secara keseluruhan.

Model internalisasi dan kapitalisasi aset petani melalui koperasi dengan prinsip broadening ownership (pemerataan kepemilikan) ini dapat menciptakan solusi win-win solutions yang berkelanjutan.

Berikut penjabaran lebih rinci tentang bagaimana mekanisme ini bekerja dan manfaatnya bagi petani maupun koperasi dan masyarakat luas.

Mekanisme Win-Win Solutions

1. Manfaat untuk Petani:

a. Kesempatan Kerja di Lahan Sendiri. Petani tidak hanya menyewakan lahan, tetapi bisa menjadi pekerja atau mitra aktif di koperasi, misalnya sebagai pengawas budidaya, teknisi pertanian, atau bagian pemasaran. Ini mengurangi pengangguran dan mempertahankan kearifan lokal.

b. Pendapatan Multisumber:

– Sewa Lahan: Pendapatan tetap dari sewa tanah.

– Bagi Hasil: Persentase keuntungan dari penjualan hasil panen (misalnya 70% untuk petani, 30% untuk koperasi).

– Sisa Hasil Usaha (SHU): Dividen tahunan dari keuntungan koperasi, tergantung partisipasi petani.

c. Jaminan Sosial

– Asuransi Pertanian: Koperasi mengalokasikan sebagian keuntungan untuk premi asuransi bagi petani, melindungi risiko gagal panen atau bencana alam.

– Santunan Hari Tua/Pensiun: Program tabungan kolektif atau dana pensiun yang dikelola koperasi, memberi keamanan finansial jangka panjang.

d. Akses ke Teknologi dan Pelatihan. Koperasi menyediakan pelatihan penggunaan alat pertanian modern, pemupukan berkelanjutan, atau sertifikasi organik, meningkatkan produktivitas petani.

2. Manfaat untuk Koperasi

– Konsolidasi Aset Produktif. Dengan mengelola lahan petani secara terpusat, koperasi dapat menciptakan skala ekonomi (misalnya 100 hektar sawit atau padi terintegrasi) untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan daya saing di pasar global.

a. Peningkatan Nilai Tambah

– Integrasi Vertikal: Koperasi bisa membangun pabrik pengolahan (misalnya minyak sawit → biodiesel), meningkatkan margin keuntungan.

– Pemasaran Berskala Besar:

Koperasi mampu menjual langsung ke eksportir atau ritel global, menghindari tengkulak.

b. Penguatan Modal Sosial. Koperasi menjadi “tulang punggung” ekonomi desa, memperkuat kohesi sosial dan kepercayaan masyarakat, yang pada akhirnya menarik investasi pemerintah/swasta.

c. Resiliensi Bisnis

Dengan diversifikasi pendapatan (sewa lahan, produksi, pemasaran, jasa logistik), koperasi lebih tahan terhadap gejolak pasar.

Contoh Implementasi:

Koperasi Tani di Kerala, India (Model Kudumbashree)

– Petani tetap pemilik tanah, tetapi lahan dikonsolidasikan untuk menanam rempah-rempah organik.

– Koperasi mengelola pemasaran ekspor ke Eropa, dengan keuntungan dibagi sebagai:

– 60% untuk petani,
– 30% untuk reinvestasi koperasi (teknologi irigasi, gudang),

– 10% untuk dana pensiun dan asuransi.

– Hasil: Pendapatan petani naik 3x lipat dalam 5 tahun, dan koperasi menjadi pemasok utama rempah organik di pasar global.

 

Tantangan dan Solusi

1. Ketidakpercayaan Petani

– Solusi: Transparansi keuangan melalui aplikasi digital yang bisa diakses anggota, dan pembagian SHU yang tepat waktu.

2. Regulasi yang Tidak Mendukung

– Solusi: Advokasi kebijakan, misalnya insentif pajak untuk koperasi yang menyediakan jaminan sosial bagi petani.

3. Manajemen Kompleks

– Solusi: Rekrutmen profesional (manajer keuangan, agronomis) dan penggunaan teknologi seperti ERP (Enterprise Resource Planning) untuk mengelola data lahan, produksi, dan distribusi.

4. Risiko Pasar

– Solusi: Diversifikasi produk (misalnya sawit → minyak goreng, kosmetik, biodiesel) dan kontrak jangka panjang dengan pembeli.

 

Masa Depan Model Ini

Jika diimplementasikan dengan baik, model ini dapat:

1. Mengubah Koperasi Menengah/Kecil Menadi “Unicorn Sosial”

Koperasi berbasis lahan terintegrasi bisa menjadi perusahaan sosial dengan valuasi tinggi, seperti Amul di India (koperasi susu bernilai $50 miliar).

2. Mengurangi Urbanisasi

Dengan pendapatan dan jaminan sosial memadai di desa, generasi muda tidak perlu migrasi ke kota.

3. Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional

Koperasi dapat menjadi mitra pemerintah dalam program cadangan pangan atau pertanian berkelanjutan.

 

Kesimpulan

Model ini bukan sekadar “bisnis”, tetapi ekosistem ekonomi inklusif yang memadukan:

– Kepemilikan individu (hak milik tanah petani),

– Kolektivitas (manajemen koperasi),

– Kesejahteraan holistik (SHU, pensiun, asuransi).

Dengan prinsip profit for purpose, koperasi bisa menjadi mesin pertumbuhan yang adil, di mana petani bukan hanya “objek pembangunan”, tetapi pemilik sah masa depan mereka sendiri.

 

Sumber: Conversation with Deepseek,

Oleh: Agus Pakpahan (Pengamat Perkoperasian di Indonesia)

Editor & IT: mangpujan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *