OPINI  

Krisis Pangan Mengintai Negara-Negara Di Asia

Bantul – //DJALAPAKSI NEWS// | Terlihat melalui kanal You Tube antrian panjang masyarakat untuk membeli beras kemasan 10 kilogram. Pemandangan itu terjadi di Malaysia beberapa waktu lampau. Sebelumnya, tersiar kabar soal dinamika harga pangan (beras) yang mahal di Filipina dan Jepang. Bahkan Jepang sempat menggelontorkan 210 ribu ton beras dari cadangan beras nasional untuk melakukan stabilisasi harga beras yang sempat meroket hingga 82 persen dalam setahun. Pemicunya adalah menipisnya cadangan beras di dalam negeri sebagai akibat gangguan produksi dan distribusi/pasokan beras global karena perubahan iklim, selain penerapan kebijakan pembatasan ekspor beras dari beberapa negara sentra beras dunia. Malaysia dan Filipina merupakan dua negara yang selama ini dalam pemenuhan pangan nasional (beras) bergantung pada impor beras dari Thailand, Vietnam dan India.

Pangan memang merupakan kebutuhan dasar sekaligus hak asasi manusia yang pemenuhannya tidak dapat ditunda. Negara sesuai regulasi (UU Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan) berkewajiban memenuhi pangan bagi penduduknya dalam jumlah memadai, terjangkau, bermutu (bergizi) dan berkelanjutan. Kelangkaaan pangan di suatu negara akan memantik kondisi kerentanan pangan (kelaparan) yang dapat berimplikasi pada gangguan stabilitas ekonomi, sosial, politik serta pertahanan dan keamanan nasional. Terlebih, pangan juga dapat digunakan sebagai senjata dalam perang asimetris yang keterpengaruhannya melebihi dari perang dengan menggunakan persenjataan militer. Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menuturkan bahwa pada tahun 2024 jumlah penduduk dunia yang mengalami rawan pangan parah (kelaparan) sebanyak 864 juta orang dengan daerah terdampak utama adalah negara-negara di Asia dan Afrika. Sebagai penyebabnya adalah perubahan iklim, konflik dan ketidakstabilan ekonomi. Padahal, Asia terutama China, Thailand, India, Indonesia dan Vietnam, merupakan sentra beras dunia dan sekaligus konsumen beras terbesar di dunia. Diketahui produksi beras Asia adalah 442 juta ton, atau 85 persen dari total produksi beras dunia, dengan konsumsi sebanyak 400 juta ton beras (FAO).

Kondisi darurat ketahanan pangan (beras) di beberapa negara di atas, merupakan pembelajaran yang baik bagi Indonesia untuk *meningkatkan produksi pangan* di dalam negeri dan *memperkuat cadangan pangan (beras) nasional.* Kebijakan untuk mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan di tahun 2027 dari Presiden RI Prabowo Subianto merupakan arahan yang tepat untuk memantapkan penguatan ketahanan pangan nasional. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI dan BAPANAS RI segera menajamkan kegiatan-kegiatan dalam lingkup program strategis *intensifikasi* dan *ekstensifikasi pertanian* serta *diversifikasi pangan* berbasis pada potensi sumber daya pangan lokal. BULOG sebagai instrumen dalam penyediaan dan stabilisasi pangan nasional (pemerintah), segera memulai melakukan penyerapan gabah/beras sesuai HPP terkini, terutama di periode panen raya di sub round satu (periode Januari-April 2025). Semua dikandung maksud selain untuk memperkuat cadangan pangan pemerintah, juga untuk meningkatkan gairah petani dalam melakukan usaha tani pangan. Tidak kalah pentingnya adalah tetap membangun *koordinasi, sinergi* dan *kolaborasi* antar K/L, Pusat dengan Daerah dan multi pihak lain.

 

Oleh: Asikin Chalifah
》Ketua DPW PERHIPTANI DIY
》Komisi Teknis OKKPD DIY
Editor & IT: mangpujan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *